Minggu, 11 November 2007

Salah Kaprah Dalam Memahami Manhaj Salaf & Penghujatan Terhadap Manhaj Salaf


Salah Kaprah Dalam Memahami Manhaj, Penghujatan Terhadap Manhaj Salaf Dan Wahabi

Ada beberapa Blog dalam internet yang berisi penghujat terhadap wahabi dan pemistaan terhadap Syeikh Muhammad Abdullah Bin Wahab yang tidak mengerti apa itu Wahabi dan Apa itu Salaf. Inilah yang disebut Taklid. Mereka-mereka ini mengidentikkan salaf dengan kelompok yang mudah menvonis, mengkafirkan dan Arogan. Penulis ingin menampilkan salah satu Blog dari Internet yang telah menulis dan menghujat Salaf dan Wahabi. Mereka-mereka ini yang tidak mengerti manhaj dan tanpa sadar dalam tulisannya terlihat mereka sendiri mudah menvonis serampangan, mengkafirkan dan Arogan tanpa disertai dengan Ilmu Dein.

Ditulis oleh administrator www di/pada September 4th, 2007

“Jika situasi mulai tenang, kami mulai bergerak perlahan membawa makanan, air, obat, amunisi dari tempat penyimpanan kepada para pejuang Hizbullah. Kami memberi mereka dukungan logistik di sejumlah perkampungan Sunni terkenal Aqruub.” Ini sedikit gambaran yang disampaikan Syaikh Abu Khalid, salah satu pimpinan Jamaah Islamiyah Sunniyah di Libanon. Syaikh Abu Khalid juga kepala militer unit Fajr, yang merupakan underbow Jamaah Islamiyah Sunniyah. Kepada Islamonline ia menyebutkan bagaimana kerjasama yang terjadi antara kelompok Sunni dan Syiah di Libanon Selatan saat peperangan melawan Israel beberapa waktu lalu. “Itu adalah fase pertempuran “Bertahan dan Menyerang”, ujar Khalid. Ia menambahkan, setelah memasuki hari pertama peperangan, kaum Sunni sudah merasa bahwa peperangan ini akan berlangsung lama. “Kami mengumpulkan kaum Muslimin di desa Aqruub yang juga termasuk desa Habariba, Kfar Hamam, Kfar Shouba, dan Syab’a. Kami menyatakan sumpah setia untuk berjihad dan bekerjasama dengan perlawanan Hizbullah serta bertahan sampai mati syahid,” kenang Khalid. Setelah itu, mereka mulai melakukan koordinasi dengan pasukan Hizbullah. Menurut Khalid, kerjasama seperti ini bukan pertama kalinya muncul. Tapi sudah sejak beberapa tahun lalu, tepatnya sekitar awal tahun 80-an. “Apa yang kami lakukan beberapa waktu lalu, sangat sedikit ketimbang apa yang kami lakukan sebelum tahun 1982, saat Israel menyerang Libanon,” ujar Khalid. Ia juga menceritakan, “Kami dan mereka memerangi musuh yang satu, yakni Zionis Israel. Kami mempunyai aksi tertentu yang dilakukan bersama. Kami meminta mereka untuk bisa saling membantu dalam sejumlah peperangan membebaskan Libanon Selatan tahun 2000, yang menjadi awal penarikan pasukan Israel dari lokasi itu. Kami juga mempunyai sejumlah pos militer di perbatasan yang bersentuhan langsung dengan Israel. Yang paling strategis terletak di Jbal Syaikh, di lokasi Sudana, dekat perkebunan Syab’a yang juga merupakan wilayah yang diduduki kaum Sunni.” Abu Khalid menyayangkan sikap Militer Libanon yang bekerjasama dengan Suriah menutup kantor pusat mereka setelah ditinggalkan oleh anasir pejuang Fajr, pascapenarikan mundur Israel dari Libanon Selatan tahun 2000. “Dahulu, pos tersebut digunakan oleh pejuang Hizbullah sebagai lokasi permulaan aksi militer mereka,” ujar Khalid. Kondisi kaum Sunni di wilayah Aqruub mulai mengalami masalah setelah penarikan mundur Zionis dari Libanon Selatan. “Orang-orang Suriah tidak mengizinkan keberadaan pasukan Fajr dan tidak mengizinkan kami membawa persenjataan ke medan tempur. Mereka beberapa kali menggagalkan upaya kami menyalurkan senjata untuk pasukan kami.” Dalam konteks peperangan 33 hari dengan Israel yang baru berakhir, Khalid menyebutkan pihaknya bergerak pada sejumlah orbit jihad. Orbit pertama adalah orbit untuk mempertahankan diri dan melindungi masyarakat agar tetap berada di tempat mereka dan semaksimal mungkin berupaya agar mereka tidak ikut dalam arus pengungsian. Tahap ini sukses dilakukan pasukan Fajr. “Cara yang kami lakukan dalam hal ini ada pada dua kegiatan. Pertama menanamkan dan meningkatkan kualitas mental mereka melalui pemberian pelajaran maupun ceramah di sejumlah masjid. Dan cara kedua adalah dengan memberi jaminan hidup setiap hari bagi masyarakat yang mau bertahan.” Secara teknis, Khalid menyebutkan bahwa pihak Jamaah Islamiyah Sunniyah membagi tugas per unit untuk mengawasi sekitar 20 sampai 25 desa. Setiap unit melakukan peran tertentu, baik peran pemantauan dan penjagaan, peran logistik dan distribusinya. “Kami mengambil bantuan dan makanan dari Baqa’ yang berjarak sekitar 60 km dari wilayah kami,” ujar Khalid. Tentang perang jihad yang mereka lakukan bersama Hizbullah juga diterangkan oleh Khalid. Khalid menjelaskan bahwa sejumlah pejuang Hizbullah terisolir karena sulitnya komunikasi dan terputusnya sejumlah jalan. Karena itu, mereka terputus dari pimpinan militer mereka dan mengatur wilayah mereka tanpa intruksi pusat. “Dalam situasi seperti itu, kami membantu mereka di setiap desa sesuai yang mereka butuhkan. Di sejumlah perkampungan kami menampung persembunyian sejumlah pemuda pejuang. Di kampung lain kami memberi mereka sejumlah mobil dan alat transportasi untuk digunakan membawa rudal atau untuk memperlancar operasi militer. Terkadang mereka menggunakan para pejuang kami juga untuk menyupir mobil. Kami juga turut memasok persenjataan di beberapa desa untuk pejuang Hizbullah.” Namun demikian, para pejuang Fajr memang tidak terlibat di medan tempur dalam peperangan langsung bersama Hizbullah. Menurut Khalid, sudah ada kesepakatan antara Jamaah Islamiyah dengan Hizbullah, bahwa aksi militer bersama itu hanya akan dilakukan ketika menghadapi Israel yang ingin menembus wilayah perkampungan Sunni. “Ini memang keinginan dari saudara-saudara kami di Hizbullah. Mereka memang tidak ingin melontarkan rudalnya dari sejumlah pos militer kami, meskipun kami mempunyai sejumlah peralatan sederhana untuk melontarkan rudal. Mereka beralasan rudal tidak dilontarkan kecuali dengan perhitungan yang cermat. Kami menghormati sikap mereka. Yang penting bagi kami adalah, serangan itu dapat memberi kerugian bagi Zionis Israel.” (na-str/iol)

Sementara itu, pada tanggal 16 Dzulqaidah 1427 H, Syekh Abdullah bin Jabrin, Syekh al-Harbi dan Syekh al-Umar, tiga mufti besar kerajaan Saudi, bersama puluhan syekh Saudi lainnya mengeluarkan Deklarasi berisi fatwa yang secara tidak langsung mengkafirkan Sayid Hasan Nasrullah dengan Hizbullah yang Syiah itu, dan mengharamkan segala jenis bantuan kepada Hizbullah dalam perang melawan Israel di Libanon. Tidak cukup dengan kegilaan ini, mereka juga menuduh bahwa Hizbullah yang Syiah itu sekutu Amerika dan pelindung Israel yang membunuhi orang-orang Ahlus Sunnah. Lebih jauh mereka memprovokasi kaum muslimin Sunni untuk menghancurkannya.

Saking munafik dan dungunya kaum Wahabi Salafi ini samasekali tidak menyadari bahwa lolongan mereka itu untuk kesekian kalinya malah membuka kedok mereka sendiri. ( http://wildwestwahabi.wordpress.com/2007/09/04/ukhuwah-islamiyah-nyata-sunni-syiah-fitnah-salafi/#comment-33)

Inilah sepenggal tulisan yang ditulis kelompok yang tidak menyukai Manhaj Yang Agung ini yaitu Salaf.
Dari Penulisan Artikel diatas terlihat sekali ketidak tahuan penulis itu didalam Ilmu agama dan ketidak tahuan dia didalam apa itu manhaj khususnya manhaj salaf serta ketidaktahuan penulis tersebut didalam menimbang apa itu politik dengan Manhaj, terkesan penulis tersebut menyamaratakan antara Politik dan Manhaj.
Penulis Wasiatkan kepada mereka yang ingin menghujat Manhaj Salaf agar introspeksi diri didalam menvonis, menghujat, otomatis mengkafirkan Manhaj salaf.

Tidak ada komentar: